Mahasiswa ITB Kembangkan Sarung Tangan untuk Bantu Pasien Cerebral Palsy

Pengembangan Sarung Tangan Terapi untuk Pasien Cerebral Palsy
Sejumlah mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil mengembangkan alat terapi tangan yang diberi nama TheraFeel. Alat ini dirancang khusus untuk memberikan stimulasi sekaligus mengukur tingkat kekakuan otot secara akurat, sehingga proses terapi dapat lebih efektif dan terukur.
Proyek tugas akhir ini dilakukan oleh tiga mahasiswa angkatan 2021, yaitu Crysanta Caressa, Kent Frumentius, dan Noval Adi Prasetyo. Mereka dibimbing oleh dosen Anggera Bayuwindra dan Isa Anshori. Tujuan utama dari pengembangan TheraFeel adalah untuk membantu pasien cerebral palsy dalam menjalani terapi tangan yang lebih efisien dan objektif.
Cerebral palsy merupakan gangguan pada pusat motorik yang bisa terjadi selama masa kehamilan, persalinan, atau proses pembentukan saraf pusat. Kondisi ini sering dialami oleh anak-anak yang menunjukkan kesulitan dalam mengontrol gerakan otot maupun postur tubuh. Untuk mengurangi dampaknya, perawatan dan terapi intensif sangat diperlukan. Salah satu metode yang umum digunakan adalah terapi tangan, yang bertujuan meningkatkan fleksibilitas sendi dan kemampuan gerak tangan.
Namun, hingga saat ini, metode terapi tersebut masih dilakukan secara konvensional. Dalam praktik konvensional, terapis biasanya menggerakkan tangan pasien sambil menilai tingkat kekakuan otot. Cara ini dinilai cenderung subjektif, sulit didokumentasikan, serta melelahkan secara fisik bagi terapis.
“Karena itu, kami mengembangkan alat terapi yang diharapkan dapat menilai kekakuan otot pasien secara objektif tanpa menghilangkan peran terapis,” ujar Kent Frumentius dalam keterangan tertulis.
TheraFeel terdiri dari beberapa komponen utama, seperti motor patient dan motor therapist yang berfungsi untuk menggerakkan jari dan menghasilkan resistansi. Selain itu, terdapat juga microcontroller yang mengatur sistem secara keseluruhan, flex sensor untuk mengukur kekakuan otot melalui derajat tekukan, hall effect sensor untuk membaca sudut pergerakan jari atau tangan melalui medan magnet, serta power supply yang menyediakan tegangan dan arus listrik untuk mendukung kinerja sistem.
Alat ini berupa sepasang sarung tangan, masing-masing dipakai oleh pasien dan terapis. Gerakan tangan terapis akan diikuti oleh pasien. TheraFeel memanfaatkan sistem Haptic Feedback sebagai media umpan balik yang memberi sinyal kepada terapis ketika terjadi perubahan resistensi gerakan pada tangan pasien. Misalnya, saat otot terasa kaku atau berat ketika digerakkan, hal ini akan memberikan informasi langsung kepada terapis, sehingga proses terapi menjadi lebih interaktif dan responsif.
Dalam kondisi pasien tidak bisa mengikuti gerakan, perbedaan gerak tersebut akan menyebabkan tarikan atau ketegangan. Terapis merasakan ketegangan tersebut sebagai hambatan gerak, sehingga dapat secara langsung mengetahui tingkat kekakuan otot pasien. Data mengenai sudut gerakan sendi dan tingkat kekakuan otot tangan akan ditampilkan secara visual melalui user interface, sehingga memudahkan pemantauan perkembangan pasien dari waktu ke waktu.
Berbeda dengan alat terapi otomatis yang cenderung menggantikan peran terapis, TheraFeel dirancang semiotomatis agar tidak menghilangkan peran aktif dari terapis. Alat ini telah melalui tahap uji coba dan mendapat respons positif dari dosen pembimbing maupun pengunjung saat dipamerkan di kampus ITB Juni lalu. Menurut pengguna, algoritma yang diterapkan dianggap aplikatif dan memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut, termasuk untuk terapi pada bagian kaki.
Posting Komentar